MONITORSULUT——-Komitmen Indonesia dalam mendorong pembangunan rendah karbon semakin ditegaskan melalui langkah strategis PT PLN (Persero) di panggung internasional.
Pada sesi Seller Meets Buyer di Paviliun Indonesia dalam perhelatan Conference of the Parties (COP30) di Belém, Brasil, PLN menjalin dua kesepakatan penting yang akan memperkuat posisi Indonesia di pasar karbon global.
Dalam forum tersebut, PLN menandatangani Mutual Expression of Intent bersama Pemerintah Norwegia melalui Global Green Growth Institute (GGGI), serta Memorandum of Understanding (MoU) dengan perusahaan teknologi karbon Jepang, Carbon Ex Inc.
Kedua kerja sama ini menjadi pijakan penting untuk mempercepat pengembangan proyek energi bersih dan memvalidasi pasar karbon yang kredibel dan berintegritas tinggi.
Indonesia Perluas Peran dalam Aksi Iklim Global
Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Hanif Faisol Nurofiq, menyampaikan bahwa kolaborasi yang terbangun dalam forum ini memperkuat kontribusi Indonesia terhadap upaya pengurangan emisi dunia.
Menurut Hanif, perjanjian tersebut menunjukkan kesiapan Indonesia dalam menerapkan mekanisme pasar karbon berdasarkan Pasal 6 Perjanjian Paris, sekaligus memvalidasi kapasitas Indonesia mendukung target reduksi emisi gas rumah kaca secara global
“Momentum seperti ini membuktikan kemampuan Indonesia untuk berperan aktif dalam sistem perdagangan karbon internasional guna mencapai target pengurangan emisi secara global,” ujarnya.
PLN Ambil Peran Sebagai Penggerak Utama Pasar Karbon Nasional
Direktur Teknologi, Engineering dan Keberlanjutan PLN, Evy Haryadi, menjelaskan bahwa PLN kini memikul peran baru sebagai katalisator perkembangan pasar karbon Indonesia. Menurutnya, percepatan transisi energi hanya dapat dicapai apabila ada kolaborasi lintas sektor, lintas negara, dan dukungan penuh dari para pemangku kepentingan.
“Dunia sedang bergerak menuju target Net Zero Emissions, dan Indonesia tidak tertinggal. PLN menargetkan NZE pada 2060, sejalan dengan komitmen nasional. Kolaborasi adalah kunci untuk mencapai tujuan tersebut,” tegas Evy.
Ia juga menyoroti kebijakan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, yang menargetkan penambahan pembangkit sebesar 69,5 GW, dimana 52,9 GW atau 76% diproyeksikan berasal dari energi baru terbarukan (EBT) dan sistem penyimpanan energi. Dalam sepuluh tahun mendatang, aset-aset ini diperkirakan menghasilkan lebih dari 1.000 TWh listrik hijau.
Evy menilai bahwa Indonesia memiliki peluang besar menjadi motor utama transisi energi bersih di tingkat global.
Dua Produk Hijau Andalan PLN untuk Percepatan NZE
PLN kini menyediakan dua kategori produk yang dirancang untuk membantu perusahaan mencapai target dekarbonisasi:
Unit Karbon, yakni kredit karbon yang dapat digunakan pelaku usaha untuk mengimbangi emisi melalui proyek pengurang atau penyerap emisi bersertifikasi nasional maupun internasional.
Pilihan Layanan Energi Berkelanjutan, salah satunya Sertifikat Energi Terbarukan (REC).
Instrumen tersebut memungkinkan konsumen mendapatkan pengakuan resmi bahwa listrik yang digunakan berasal dari pembangkit energi bersih.
“REC maupun Unit Karbon kini berperan bukan sekadar sebagai instrumen pemenuhan regulasi, tetapi juga menjadi sarana penting yang mendorong percepatan dekarbonisasi di berbagai sektor,” ujar Evy.
Tawarkan Proyek Berstandar Emas kepada Investor
PLN turut membuka peluang kerja sama untuk tiga proyek bersertifikasi Gold Standard, yang diperkirakan mampu menghasilkan reduksi emisi sekitar 1,5 juta ton CO₂e. Salah satu proyek unggulannya yakni pembangunan PLTS 50 MW dengan sistem baterai (storage) di Ibu Kota Nusantara (IKN).
“Kesempatan ini menjadi bagian dari transformasi sektor energi Indonesia menuju sistem yang lebih bersih, kompetitif, dan bernilai global,” tambah Evy.
Ia menegaskan bahwa keberhasilan pembangunan ekosistem energi hijau membutuhkan sinergi antara pemerintah, investor, dan mitra teknologi. Melalui kolaborasi ini, PLN ingin mengambil posisi sebagai pemimpin regional sekaligus pemain global dalam penyediaan energi bersih.
(Yulia)












