MONITORSULUT——-Di sebuah sudut sunyi di Desa Tompaso Baru Satu, Minahasa Selatan, nama Opa Jantje Komaling tiba-tiba menjadi sorotan publik. Bukan karena penghargaan, bukan pula karena prestasi tertentu, melainkan karena kisah hidupnya yang penuh keterbatasan dan kesunyian, hingga akhirnya viral di media sosial.
Kondisi tersebut menyentuh ribuan mata warganet dan sampai ke telinga pemimpin daerah, Gubernur Sulawesi Utara Mayjen TNI (Purn) Yulius Selvanus.
Kabar mengenai situasi Opa Jantje yang tinggal di lingkungan tak layak huni, tepatnya di kawasan pekuburan desa, membuat pemerintah provinsi bergerak. Tanpa menunda waktu, Gubernur Yulius menyampaikan instruksi kepada jajaran terkait agar turun langsung memastikan keadaan Opa Jantje dan mendata kebutuhan mendesaknya.
Upaya penjangkauan berlapis pun dimulai. Pada hari sebelumnya, Dinas Sosial Provinsi Sulut bersama pemerintah desa dan ibu Kumtua mendatangi lokasi tempat Opa Jantje menetap. Mereka datang bukan hanya membawa asesmen, tetapi juga harapan untuk membuka jalan baru dalam hidup seorang warga lanjut usia yang lama tersembunyi dari perhatian publik.
Tidak berhenti pada satu kunjungan, pada Kamis (13/11/2025) giliran Dinas Kesehatan Provinsi Sulut yang bertandang ke lokasi. Kali ini mereka ditemani oleh Ketua Rukun Keluarga Besar Komaling di Sulut, Relly Komaling, sebagai bentuk kepedulian dari sisi kekerabatan.
Tim kesehatan memastikan kondisi fisik serta aspek medis yang mungkin selama ini tidak pernah terjangkau oleh layanan kesehatan formal.
Pergerakan cepat itu bukan sekadar respons administratif. Ada unsur kemanusiaan yang mengemuka. Di balik instruksi gubernur dan langkah lembaga pemerintah, tersimpan pesan besar bahwa setiap warga berhak diperhatikan dan dirangkul, meski hidup jauh dari pusat keramaian dan akses sosial.
Kisah Opa Jantje mulai diperbincangkan setelah seorang pengguna media sosial mengunggah rekaman tentang kehidupannya yang sederhana dan jauh dari fasilitas layak.
Video itu kemudian menyebar hingga akhirnya ditangkap oleh Staf Khusus Gubernur Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Herol Vresly Kaawoan, yang dengan sigap menyampaikan informasi tersebut kepada Gubernur.
Kini, perhatian publik, pemerintah, dan keluarga besar Komaling menyatu dalam semangat yang sama, mengembalikan martabat seorang warga yang bertahun-tahun hidup dalam keterbatasan.
Kisah ini menjadi pengingat bahwa viral bukan hanya soal tayangan, tetapi panggilan kemanusiaan yang menuntut tindakan nyata. Di tengah pembangunan yang terus bergerak, selalu ada individu yang membutuhkan uluran tangan agar tidak tercecer dari roda kemajuan.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara memastikan bahwa kunjungan dan perhatian ini bukan menjadi langkah terakhir.
Pendampingan, pemantauan, dan tindak lanjut akan terus dilakukan agar Opa Jantje memperoleh kehidupan yang lebih layak, bukan sekadar menjadi berita sesaat.
Mungkin, dari kisah sederhana ini, kita belajar bahwa kepedulian adalah bentuk kemajuan paling sejati.
(Yulia)
