Jendral Mukhlis Bertemu Nenek Alpiah Pengasuh Ade Irma Nasution

berita terbaru2727 Dilihat
Komandan Korem 131/Santiago
Mukhlis, S.A.P., M.M Jenderal bintang satu didampingi Ketua Persit KCK Koorcab Rem 131 PD XIII/Merdeka, Ny Okti Nusufa Mukhlis bertemu Nenek Alpiah Makasebape sang pengasuh Ade Irma Nasution yang merupakan saksi hidup peritiwa G 30 S PKI tahun 1965.

MONITORSULUT,MANADO – Komandan Korem 131/Santiago Mukhlis, S.A.P., M.M Jenderal bintang satu didampingi Ketua Persit KCK Koorcab Rem 131 PD XIII/Merdeka, Ny Okti Nusufa Mukhlis bertemu Nenek Alpiah Makasebape sang pengasuh Ade Irma Nasution yang merupakan saksi hidup peritiwa G 30 S PKI tahun 1965. Nenek Alpiah yang saat ini berusia 86 tahun ini tinggal bersama cucunya di pulau ujung Utara Indonesia tepatnya di Kelurahan Dumuhung Kecamatan Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe Prov. Sulawesi Utara. Selasa (07/06/2022).

Danrem 131 Santiago beserta istri saat bersilaturahmi dengan Nenek Tintang nama panggilan akrab warga setempat, seusai melakukan kunjungan kerja perdana di Kodim 1301 Sangihe sejak menjadi orang nomor satu di satuan Korem 131 Santiago kurang lebih 3 (tiga) bulan yang lalu.

Dalam pertemuan tersebut yang penuh keakraban antara sang Jenderal bintang satu dan sang pengasuh Ade Irma Suryani Nasution itu, nenek Alpiah (nenek Tintang nama panggilan akrab) menceritakan sekilas kehidupannya mulai dari kedatangannya dikeluarga Jenderal A. H Nasution hingga peristiwa kelam 30 September 1965.

“Pada tahun 1960, Ibu Johana Sunarti Nasution mencari seseorang untuk mengasuh anaknya yang baru saja lahir (Ade Irma) pada 19 Februari 1960. Saya kala itu berusia 24 tahun akhirnya dipilih. Ade Irma Suryani merupakan anak bungsu Kepala Staf Angkatan Perang (saat itu) Jenderal TNI Abdul Haris Nasution. Ade Irma tertembak senjata pasukan pro PKI ketika sedang mencari Nasution untuk dibawa ke kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur, pada malam 30 September 1965”. Jelas nenek Alpiah

“Kala itu Ibu Johana, Yanti kakaknya, saya (nenek Alpiah) dan yang lainnya ikut tinggal dan menemani Ade Irma saat dirawat selama beberapa hari di RSPAD Gatot Soebroto sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir. Gadis 5 tahun tersebut saat menghembuskan nafas terakhirnya di pelukan saya pada tanggal 6 Oktober 1965. Karena saat itu, Ibu Johana sedang tidak ada di tempat”. Tambah nenek Tintang.

“Saya masih mengabdi hingga tahun 1969. Setelahnya saya memilih untuk pulang kampung dan menetap di Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe. Kami masih menjalin komunikasi yang baik dan masih beberapa kali datang ke Jakarta untuk menghadiri acara-acra spesial Keluarga Nasution”. Pungkas Sang Pengasuh.

Disela-sela obrolan tersebut, Danrem 131/Santiago yang penuh sahaja itu menyempatkan canda dengan bertanya kepada nenek Alpiah, apa saya seganteng Piere Tandean. Dengan mengerutkan wajahnya nenek Alpiah menjawab “Hidung Piere lebih tinggi/mancung,” yang kemudian tertawa lepas sehingga mengundang gelak tawa Danrem dan semua yang hadir saat itu.

Pada kesempatan itu Danrem mengatakan jika kedatangan dirinya bersama Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Koorcab Rem 131 PD XIII/Merdeka merupakan bentuk penghormatan kepada nenek Alpiah sebagai bagian dari sejarah keluarga Jenderal A.H Nasution.

“Kita bersilahturahmi disini, karena bagaimanapun Pak Nasution merupakan sesepuh kami di TNI Angkatan Darat,” sebut Danrem.

“Beliau (nenek Alpiah) adalah saksi sejarah yang masih hidup. Jadi bukan sekedar ‘katanya’ tapi dialami secara langsung. Sangat susah mencari saksi seperti nenek saat ini, yang mengalami langsung kejadian tersebut, dengan usia 86 tahun namun nenek ingatan masih sangat kuat,” tambah Danrem.
Kami memberikan apresiasi kepada nenek Alpiah karena sampai saat ini masih mengingat dengan jelas peristiwa yang menimpa Ade Irma. Saya berharap kepada generasi muda jangan pernah melupakan sejarah. Bagaimanapun juga ini peristiwa besar dalam sejarah bangsa Indonesia. Nenek Alpiah Makasebape adalah salah satu saksi sejarah peristiwa 30 September 1965 yang masih ada di pulau ujung Utara Indonesia Kabupaten Kepulauan Sangihe. Pungkas Danrem.

Turut hadir Kepala Seksi Operasi Kasrem 131/Santiago, Kolonel Inf Aris Windarto besrta Istri, Dandim 1301/Sangihe serta Letkol Inf Lukas Meinardo Sormin beserta Istri