HUT Perpustakaan, Kadis Lukas : Program.ODSK Pacu SDM Unggul , Akreditas dan Pelayanan

MONITOR Sulut – Pemerintah Provinsi dalam kepemimpinan ODSK terus memacu dan melakukan terobosan dalam peningkatan akreditas Perpustakaan di Sulawesi Utara, bahkan lewat Dinas Perpustakaan dan Kearsipan terus berbenah dalam meningkatkan pelayanan serta sumber daya manusia  (SDM) yang unggul serangkaian dengan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI merayakan hari jadinya ke-41 tahun dalam usia lebih dari empat dekade pada 17 Mei, Perpusnas mengusung tema “Integrasi Penguatan Sisi Hulu dan Hilir Budaya Literasi dalam Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Struktural”. Hal ini diungkapkan Kadis Perpustakaan dan Kearsipan Sulut Ir Janny Lukas didampingi Sekdis.Oddy Mewengkang dan Kabid Christian Onibala, Senin (17/05/2021)
Lanjut Lukas, bahwa perpustakaan di Sulut terus berbenah lewat perhatian Gubernur Olly Dondokambey dan Wagub Steven Kandouw serta Sekdaprov Edwin Silangen semakin memantapkan langkah baik dalam sarana dan prasarana serta kualitas SDM dan digitalisasi perpustakaan.
Ditambahkannya pula perhatian ketua TP PKK dan Dharma Wanita dalam.mendukung perpustakaan sabagai sarana dalam membudayakan membaca memacu dinas perpustakaan untuk terus berinovasi dalam memberikan pelayanan maksimal bagi.masyarakat untuk Sulut hebat.
Sementara itu Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando menyatakan pihaknya terus melakukan upaya penguatan budaya baca dan literasi untuk membangun komunitas masyarakat yang berbudaya baca dan tinggi tingkat literasinya. Ini mendukung Arahan Utama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) unggul untuk mewujudkan Indonesia maju.
Syarif Bando mengakui luas wilayah dan jumlah penduduk Indonesia merupakan tantangan tersendiri dalam mewujudkan SDM Indonesia yang unggul dan tinggi budaya literasinya. Namun, dia menegaskan Perpusnas memiliki sepuluh potensi atau modal untuk mencapai hal tersebut.
“Pertama, jumlah perpustakaan Indonesia yang besar. Berdasar sensus data perpustakaan yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional pada tahun 2018, jumlah perpustakaan di Indonesia sebanyak 164.610 perpustakaan. International Federation of Library Association and Institution (IFLA) mencatat jumlah ini sebagai yang terbesar kedua dunia setelah India,” jelasnya saat menyampaikan sambutan pada Pembukaan HUT ke-41 Perpusnas yang diselenggarakan secara hybrid, pada Senin (17/5/2021).
Ke depannya, Perpusnas masih memiliki tugas besar yakni mendorong seluruh jenis perpustakaan di Indonesia sesuai dengan Standard Nasional Perpustakaan.
Kedua, Perpusnas memiliki modal karena sudah melakukan transformasi digital perpustakaan. Perpusnas telah mengembangkan Indonesia OneSearch, yang merupakan portal web layanan penjelajahan pengetahuan satu pintu yang memungkinkan masyarakat mengakses semua koleksi publik dari perpustakaan, museum, dan arsip di seluruh Indonesia.
“Ketiga, perpustakaan sudah mengembangkan perpustakaan digital bagi generasi milenial, iPusnas. i-Pusnas  mengimplementasikan metode pendekatan perpustakaan kepada kaum muda milenial melalui pemanfaatan gawai,” ujarnya. Pada area publik, Perpusnas telah menyediakan sejumlah Pojok Baca Digital (Pocadi) di berbagai daerah.
Keempat, Perpusnas merupakan ikon peradaban bangsa. Founding father Bangsa, Sukarno, memiliki visi tentang ibu kota sebagai lambang peradaban bangsa. Pembangunan Gedung Fasilitas Layanan Perpustakaan Nasional di jalan Medan Merdeka Selatan, dari sisi arsitektur gedung serta pemilihan lokasi pembangunannya merupakan perwujudan dari visi Bung Karno. Kawasan Medan Merdeka, Jakarta, sudah sejak lama dipersiapkan untuk pembangunan sebuah ‘konfigurasi mandala’ dengan konsep peradaban bangsa yang berpusat pada Monumen Nasional (Monas) sebagai porosnya.
“Dalam konfigurasi mandala Indonesia, Perpustakaan Nasional memposisikan diri sebagai sumber ilmu pengetahuan, pusat informasi, serta pusat kegiatan edukatif, rekreatif, dan kultural yang tidak hanya diperuntukkan bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga masyarakat dunia,” urainya.
Kelima, Perpusnas memiliki e-deposit yang merupakan transformasi sistem penghimpunan dan pelestarian karya intelektual bangsa. E-deposit merupakan sistem yang dikembangkan Perpusnas untuk memfasilitasi kegiatan pengumpulan dan pengelolaan bahan perpustakaan digital yang diterbitkan di Indonesia sebagai hasil dari implementasi Undang-undang Nomor 13 Tahun 2018 tentang Serah Terima Karya Cetak Karya Rekam.
Syarif Bando melanjutkan, Perpusnas memiliki potensi keenam yakni standardisasi layanan publik perpustakaan. Dia menjelaskan, layanan publik Perpusnas sudah memenuhi standar di antaranya mendapatkan sertifikasi SNI-ISO 9001:2015 untuk kategori Layanan keanggotaan, Layanan Koleksi Referensi, dan Layanan Koleksi Naskah Nusantara. Ini tidak hanya dicapai di pusat, tapi juga di UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno, Blitar dan UPT Perpustakaan Proklamator Bung Hatta, Bukittinggi. Sejumlah prestasi juga diraih Perpusnas terkait pelayanan publik dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi serta Ombudsman RI.
Perpusnas juga memiliki potensi ketujuh dalam membangun SDM unggul karena sudah mengembangkan program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial. Hingga tahun 2021, sejumlah 32 perpustakaan umum provinsi, 311 perpustakaan umum kabupaten dan 1.250 perpustakaan desa telah diintervensi Perpusnas untuk melakukan transformasi berbasis inklusi sosial. Program ini berhasil memberikan dampak yang nyata bagi kesejahteraan masyarakat.
“Berkat keberhasilan program ini, sejumlah 19 pemerintah daerah provinsi, 76 pemerintah kabupaten dan 344 pemerintah desa tergerak untuk mereplikasi program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial dilaksanakan secara mandiri dengan dukungan dana dari APBD dan Dana Desa,” ungkapnya.
Kedelapan, Perpusnas memiliki modal yakni masuknya pembangunan nasional bidang perpustakaan ke Agenda Pembangunan Nasional Revolusi Mental dan Pemajuan Kebudayaan. Kesembilan, Perpusnas memiliki organisasi perpustakaan yang makin dinamis dengan memperkuat peran pustakawan. Terakhir, Perpusnas memiliki peran penting dalam penguatan budaya baca dan literasi Indonesia.
“Riset yang dilakukan Perpustakaan Nasional pada tahun 2020, frekuensi membaca masyarakat Indonesia rata-rata empat kali per minggu dengan durasi membaca 1 jam 36 menit per hari atau 9 jam 52 menit per minggu, dan jumlah buku yang dibaca dua judul buku per tiga bulan. Nilai tingkat gemar membaca masyarakat sesuai dengan kajian ini pada tahun 2020 adalah 55.74 atau kategori sedang,” jelasnya.
Syarif Bando berharap ada sinergi dan kolaborasi dan hulu hingga hilir, antara seluruh pemangku kepentingan di negara ini untuk memperkuat budaya literasi. Dengan begitu, ketimpangan antarwilayah dalam akses pengetahuan dapat dipersempit. (**/Stv)