Dari Lumpur Menjadi Harapan, Ketika Pesisir Tumumpa-Boulevard II Bersiap Menata Kehidupan Nelayan

MONITORSULUT——-Di pesisir Tumumpa, saat hari mulai gelap, masih sering terlihat lampu-lampu kecil dari perahu nelayan yang baru kembali menepi. Angin malam yang membawa bau asin laut menjadi saksi perjuangan mereka, yang terkadang tidak sebanding dengan hasil tangkapan yang dibawa pulang.

Selama bertahun-tahun, para nelayan di kawasan ini menambatkan perahu mereka di pinggir pantai tanpa tempat yang aman dan teratur, membuat mereka selalu waspada terhadap cuaca buruk, ombak besar, maupun risiko kehilangan alat mata pencaharian utama mereka.

Namun kini, harapan baru mulai tumbuh. Pemerintah telah memulai pembangunan daseng atau tambatan perahu nelayan di kawasan Tumumpa yang akan diperluas hingga Boulevard II.

Rencana besar ini memproyeksikan sekitar 500 unit tambatan yang akan diperuntukkan bagi warga lokal yang memiliki KTP berdomisili di kawasan Tumpaan Tuminting. Bagi para nelayan, kepastian ini bagaikan kabar baik yang sudah lama ditunggu.

“Kalau ada tambatan resmi, kami tidak lagi takut perahu rusak diterjang ombak atau hanyut waktu angin besar,” ungkap salah seorang nelayan setempat, yang setiap malam bertarung dengan ketidakpastian.

“Perahu ini bukan hanya alat, tapi nyawa keluarga.”katanya.

Di balik wajah keras para nelayan, selalu ada cerita sederhana namun menyentuh,bagaimana mereka menyisakan uang belanja demi memperbaiki perahu, bagaimana mereka mencoba tersenyum meski hasil tangkapan menurun, dan bagaimana mereka tetap bertahan tanpa banyak keluhan.

Mereka percaya, laut tidak hanya menjadi tempat bekerja, melainkan rumah tempat mereka menitipkan harapan anak-anak agar kelak kehidupan bisa lebih baik dari hari sebelumnya.
“Setiap kali saya menarik perahu ke daratan, ada perasaan was-was kalau tiba-tiba cuaca berubah. Pernah satu kali, ombak besar datang malam hari dan menghantam perahu saya sampai rusak parah. Kalau bukan karena bantuan tetangga sesama nelayan, mungkin saya sudah menyerah. Jadi waktu dengar pemerintah bangun tambatan resmi, saya langsung merasa ada masa depan yang lebih pasti.”Ungkap Orbit Kategu salah seorang nelayan yang sudah berumur 65 Tahun.

Pembangunan ini tidak hanya berkutat pada infrastruktur nelayan. Di tengah kawasan pesisir juga akan dibangun canal melingkar sebagai bagian dari pengembangan wisata bahari. Canal tersebut dapat menjadi ikon baru destinasi maritim untuk perahu wisata, jalur rekreasi, hingga ruang ekonomi kreatif warga pesisir.
Selain itu, pemerintah telah membangun bowlder penahan ombak di sepanjang garis pantai yang berfungsi menjaga kawasan dari kekuatan gelombang dan potensi abrasi. Karakter pantai Tumumpa yang tidak memiliki karang dan didominasi lumpur menjadikan proses pengembangan kawasan lebih mudah dilakukan dibanding wilayah pantai berbatu.
Harapan pemerintah, proyek ini akan menjadi contoh transformasi wilayah pesisir,modern, produktif, tetap ramah nelayan, dan memiliki nilai wisata masa depan.

Pembangunan tambatan dan kawasan pesisir ini tidak serta-merta akan mengubah hidup nelayan dalam satu malam. Namun, pondasi harapan telah diletakkan.
Karena bagi mereka, pembangunan bukan sekadar beton dan kanal, tetapi jaminan bahwa perjuangan mereka di laut dihargai.
Di setiap perahu yang berlabuh, ada doa keluarga.
Dan di garis pantai Tumumpa, kini mulai terlihat garis masa depan.

(Yulia Walandouw)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *